Latar Belakang
Kereta api
merupakan alat transportasi masa pertama di Indonesia. Alat transportasi ini
diperkenalkan oleh Belanda pada waktu sistem tanam paksa “culturstelsel”. Pada waktu itu, kereta api digunakan sebagai alat
untuk mengangkut hasil perkebunan yang ditanam oleh penduduk dalam dalam rangka
tanam paksa. kedatangan kereta api di Indonesia sebelumnya mendapatkan banyak
pro dan kontra. Hal yang mendasar adalah apakah kereta pi dikuasai oleh pihak
swasta atau pemerintah. Dalam perkembangan selanjutnya, konsense kereta api
pertama diberikan kepada pihak swasta yaitu
Setelah melalui berbagia pertimbangan, akhirnya pada tahun 1862
pemerintah Belanda menerbitkan suatu konsensi pembuatan jalan kereta api
pertama yang dimulai dari Semarang. Konsesi ini diberikan kepada Nederlandsch
Indische Spoorweg Mattschapij atau NIS yang dipimpin oleh J.P de Bordes.
Adanya agresi
jepang terhadap pemerintahan Hindia Belanda. Politik keretaapian Belanda di
Hindia bangkrut bersama penjajahannya. Sikap Belanda mengakibatkan ia
kehilangan segala-galanya. Menurut hukum negara bangsa-bangsa, hak sebagai
bangasa terhapus karenanya. Sedangkan jajahan yang dipuja sebagai pending
jamrud di sekeliling katulistiwa, tanpa perlawanan yang berarti dikorbankan kepada
agresi militer Jepang. Hindia Belanda jatuh ketangan Jepang begitu juga segala
apa yang ada di Hindia Belanda menjadi milik Jepang tak terkecuali kereta api.
Kereta api pada zaman kependudukan digunakan sebagai alat angkut untuk
mengeksploitasi alam Indonesia. Pada masa pendudukan juga dilakukan pembangunan
jalur kereta api sepanjang 83 km yaitu dari Buyuh-Cikara, bahkan Muara
pekanbaru sepanjang 22 km. pembangunan ini selesai dalam tempo 15 bulan. Dengan
memperkerjakan 27 ribu orang. Sebanyak 26 ribu adalah pekerja paksa atau
Romusha.
Setelah
kemerdekaan, kereta api digunakan sebagai alat untuk perjuangan. Kereta api
digunakan untuk mengangkut para tentara dan pejuang ke daerah-daerah medan
peperangan. Kereta api kini telah
menjadi milik rakyat Indonesia. Kereta api memiliki banyak keuntungan diantaranya adalah
kereta api merupakan tipe model transportasi yang mempunyai sifat-sifat
angkutan masa yang besar, lebih sedikit dalam memakai energi, jangkauan derajatnya
jauh, berdampak ekonomik, dalam operasi keandalan keselamatan perjalanannya
lebih baik dan tidak banyak tantangannya (Kramadibrata,2006:47). Hal inilah
yang menjadikan kereta api sebagai alat transportasi yang di pakai di
Indonesia. Dari latar belakang perkembangan sejarah kereta api diatas maka menjadi
dasar bagi penulis untuk membuat karya tulis yang berjudul “Sejarah
Perkembangan Kereta Api Di Indonesia”.
1.2 Rumusan masalah
1) Bagaimana
Sejarah Penciptaan Kereta Api?
2) Bagaimana
Proses Masuknya kereta Api di Indonesia?
3) Bagaimana
Perkembangan Kereta Api ?
4) Bagaimana
Masalah Perkeretaapian di Indonesia?
1.3 Tujuan
1) Mengetahui
Sejarah Penciptaan Kereta Api?
2) Mengetahui
Proses Masuknya kereta Api di Indonesia?
3) Mengetahui
Perkembangan Kereta Api ?
4) Mengetahui
masalah Perkeretaapian di Indonesia?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Sejarah Penciptaan Kereta Api
Angkutan
pertama yang digunakan manusia sebagai alat untuk memudahkan membawa barang
dalam jumlah besar adalah gerobak. Gerobak digunakan untuk memudahkan
pengangkutan. Diletakkan diatas rel supaya dapat ditarik dengan ringan. System
ini digunakan pertama kali di pertambangan Eropa pertengahan pada tahun 1520. Pada than 1620 insiyur
pertambangan Huntingdon Beamumont memperkenalkan alat mekanik. Gerobak yang ada
diatas jalan rel antara New Castle dan daerah Pertambangan diberi roda. Dengan
alat ini Ralp Allen pertama kali mengangkut arang batu daari pertambangannya ke
pelabuhan Avon tahun 1730. Tahun 1776 John Curr membuat plendes untuk menahan
roda supaya gerobak tidak tergelincir rel. setahun kemudian Reynold menggantikan
rel kayu dengan besi, hasil tanur tinggi Coelebrook Dale (Departemen
Penerangan,1978:12).
Revolusi
industri pada abad ke 18 mengakibatkan adanya perkembangan peningkatan volume
angkutan barang yang besar dalam system distribusi ekonomi, untuk itu angkutan
kereta api salah satu yang dimanfaatkan karena mampu mengangkut barang dalam
jumlah besar didalam rangkaian gerbong. Kereta pertama yang digerakkan oleh
tenaga uap diketemukan tahun 1769 oleh Gugnot, insiyur Perancis. Kereta yang
memakai tiga roda mencapai kecepatan 6 km/jam. Tetapi lokomotif rusak
dikarenakan berjalan diatas jalan biasa bukan jalan rel. setelah itu penemu
tenaga uap, James Watt tahun 1770 membuat mesin (Departemen Penerangan,1978:15). Pada tahun1803, Trecitthic dari Inggris membuat
kereta uap dan pada tahun 1829, Stevenshon memperkenalkan lokomotif. Riset
Stephesom menghasilkan lokomotif pertama yang diberi nama Blucher. Riset lebih lanjut oleh Stepheson menghasilkan keuntungan
besar ketika ia menemukan suatu prinsip yang dapat membuat mesin bergerak lebih
cepat. Penemuan ini ialah ketika Stepheson memasukkan uap air sisa melewati
pipa sempit melewati cerobong asap,aliran dalam tungku menjadi jauh lebih baik
teknik ini dikenal dengan ledakan uap “steam
blast” (Philbian,2005:131). Lokomotif ini mampu menggerakkan 30 gerbong
barang dan kereta penumpang dengann kecepatan sekitar 12 mil per jam.
Perkembangan
teknologi dari lokomotif uap menjadi diesel dan lokomotif listrik mengakibatkan
kapasitas angkutan dan kecepatan kereta semakin besar (Nasution,2008:131). Lokomotif
diesel pertama kali dibuat di Swiss tahun 1912, pada awalnya dianggap kurang
efisien dari pada digerakkan dengan mesin uap. Lokomotif diesel operasinal
pertama berbentuk ramping (streamline)
dibuat oleh Flaying Hamburger di Jerman. Diakhir tahun 1930 lokomotif diesel
mulai menggantikan lokomotif uap. Pada pertengahan 1950an lokomotif
dieselmendominasi perkeretaapian di Amerika, walaupun di Eropa jumlah lokomotif
diesel jauh lebih kecil dari pada lokomotif listrik (Yenne,tanpa tahun:81)
2.2
Proses Masuknya kereta Api di Indonesia
Kereta
api pertama kali di Indonesia adalah atas prakarsa dari colonel Jhr Van der
Wijk, ia mengemukakan ide perlunya jaringan kereta api di Jawa. Ide tersebut
disampaikan pada tanggal 15 Agustus 1840. Berdasarkan analisanya, pembangunan
rel kereta akan mendatangkan banyak manfaat bagi pemerintah Belanda. Karena ide
Van der Wijk dirancang cemerlang maka akhirnya pemerintah Belanda menyambut
gagasan tersebut melalui surat keputusan No. 270 tanggal 28 Mei 1842 yang
menyatakan bahwa pemerintah akan membangun jalur kereta api. Meskipun keputusan
untuk membangun jaringan kereta api di jawa sudah diambil oleh pemerintah
Belanda, namun ternyata terjadi perdebatan mengenai siapa yang akan membangun
dan dana pembangunannya. Bila pemerintah yang akan membangun maka dananya
diambil dari pinjaman atau dana cadangan.sebaliknya, bila pihak swasta yang
akan mengambil kesempatan itu maka pemerintah harus menyediakan tanah untuk
jalur rel dan bangunan lainnya. Persetujuan konsensi, serta hal-hal lain yang
tak lepas dari pembangunan jalan kereta api tersebut (Supangat,2008:4).
Selain
perdebatan mengenai pihak mana yang akan membangun jaringan kereta api, juga
menyangkut rute jalan kereta api ini ternyata terus berkembang. Pada tahun
1860, raja Willem II menugaskann penasehat Menteri Urusan Jajahan, T.J
Stieljes, untuk mencari persoalan ini. Setelah bekerja secara intensif,
Stieljes memimpin penelitian ini dan memberikan rekomendasi yang cukup
kompromis. Setelah melalui berbagia pertimbangan, akhirnya pada tahun 1862
pemerintah Belanda menerbitkan suatu konsensi pembuatan jalan kereta api
pertama yang dimulai dari Semarang. Konsesi ini diberikan kepada Nederlandsch
Indische Spoorweg Mattschapij atau NIS yang dipimpin oleh J.P de Bordes.
Pemberian konsesi ini disertai dengan perjanjian bahwa pemerintah akan
memberikan modal hingga 14 juta gulden denga bunga 4.5% (Supangat,2008:6)
Tanggal
17 Juni 1864 adalah saat yang sangat bersejarah, saat itu Gubernur Jenderal
Baron Van Den Beele secara resmi melakukan pencangkulan pertama, sebagai tanda
dimulainya pembangunan kereta api di desa kemijen Semarang. Pada tahun 1867 rel
kereta api sudah terpasang 25 km, yang membentang dari Semarang hingga ke
Tanggung. Pada tanggal 10 Agustus 1867, jalur kereta api sudah bisa berfungsi
dengan baik. Setelah jalur dari Semarang ke Tanggung selesai, pembangunan terus
dilanjutkan, tanggal 10 Februari 1870 jalur kereta api ke Surakarta sudah di
selesaikan. Tanggal 10 Juli 1872 bentangan kereta api tersebut sudah mencapai
di Yogyakarta (Supangat,2008:13), pada tahun 1873 jalan kereta api sepanjang
200 km dari Semarang telah siap digunakan.
Pembangunan
kedua trayek tersebut dilaksanakan di bawah pengawasan umum insiyur J.P de
Bordes. Sebagai seorang liberalis, serta didukung oleh perusahaan, ia
melaksanakan pembangunan tersebut dengan menggunakan “virje arbeid” (buruh bebas), dimana ia mencoba menerapkan teknologi
konstruksi dari pengalamannya di Negeri Belanda. Seluruh rel dan bantalan baja
(sleepers) dan jembatan diimpor dari Eropa. Disadarinya bahwa cara yang biasa
dilakukan di negeri Belanda tidak cocok dilakukan di Indonesia karena postur
tubuh orang Indonesia yang kecil. Gerobak dorong kuda satu (kruitwagen) yang digunakan untuk
mengangkut tanah galian terlalu besar bagi buruh Indonesia. Di dalam laporannya
ia mengatakan bagaimana ia mendapat kesulitan mendapatkan tukang kayu dan tukan
besi yang dapat bekerja secara akurat (Besari,2008:137).
2.3
Perkembangan Kereta Api di Indonesia
a)
Penjajahan Belanda
Setelah
Nederland Indische Spoorweg (NIS) memulai kiprahnya sebagai pionir perkereta
apian di Semarang, akhirnya muncullah beberapa perusahaan swasta yang menyusul
NIS sebagai perusahaan perkeretaapian. Perusahaan-perusahaan kereta api dan
trem milik Pemerintahan Belanda adalah sebagai berikut:
1) Nederland
Indische Spoorweg (NIS)
Pembukaan jalur
Semarang-Surakarta-Jogjakarta oleh NIS dilakukan selama periode 1864-1873.
Selain berkonsentrasi di Semarang, NIS juga merambah di wilayah Solo, jalur
Boyolali-Solo dilakukan pembukaan pada tanggal 1 mei 1908 dan jalur
Solo-Wonogiri pada tanggal 1 pril 1922. Sementara Semarang-Tawang dilakukan
selama periode 1914-1924.
2) Semarangsche
Stoomtram (SS)
Walaupun perusahaan ini
berbasis di Semarang, namun Semarangsche Stoomtram (SS) justru membuka jalur
Yogyakarta-Cilacap pada tahun 1887. Sebelumnya SS sudah membuka jalur di Jawa
Timur seperti jalur Surabaya-Pasuruan-Malang pada periode 1878-1879. Jalur
Surabaya-Surakarta lewat Wonokromo dan Sidoarjo pada tahun 1884.
3) Semarang-Joana
Stroomtram Maatschappij (SJS)
Antara
tahun 1883-1884 perusahaan ini mengambil jalur Semarang-Demak-Kudus-Pati-Juana.
Disusul dengan pembukaan jalur Demak-Purwodadi-Blora pada 1888-1894. Setelah
itu pada tanggal 5 Mei 1895 perusaan ini membuka jalur Mayong-Paacangan.
Sekitar tiga tahun kemudian, tepatnya tanggal 1 November 1898 SJS membuka jalur
Wirosari-Kradenan, antara tahun 1914-1919 membuka jalur Lasem-Jatirogo. Jalur
Juana-Lasem dibuka pada tanggal 1 Mei 1900. Setengah tahun kemudian SJS membuka
jalur Mayong-Welahan. Terakhir, jalur Rembang-Cepu lewat Blora pada tahun 1903.
4)
Semarang Cheribon Stoomtram Mij (SCS)
Perusahaan ini membuka
jalur Semarang-Cirebon yang dilakukan pada tahun 1897. Pada waktu yang
bersamaan SCS membangun jalur Losari-Cileduk-Mundu. Pada tahun 1916 SCS membuka
jalur Pekalongan-Wonopringgo.
5)
Solosche Tramweg Mij (SoTM)
Perusahaan ini
membangun trem yang ditarik kuda untuk melayani penumpang di dalam kota Solo
dan sekitarnya.
6)
Poerwodadi Goendih Stoomtram (PGSM)
Pada tahun 1884 perusahaan kereta api
Poerwodadi Goendih Stoomtram (PGSM) membangun jalur Purwodadi-Gundih.
Perusahaan ini tidak berlangsung lama karena pada tanggal 1 Januari dibeli oleh
SJS (Supangat,2008:18-22)
b) Pendudukan Jepang
Politik
keretaapian Belanda di Hindia bangkrut bersama penjajahannya. Sikap Belanda
mengakibatkan ia kehilangan segala-galanya. Menurut hukum negara bangsa-bangsa,
hak sebagai bangasa terhapus karenanya. Sedangkan jajahan yang dipuja sebagai
pending jamrud di sekeliling katulistiwa, tanpa perlawanan yang berarti
dikorbankan kepada agresi militer Jepang. Tindakan penjajah dengan membentuk
“vernielings corps”, pasukan membumihanguskan jalan yang penting ddihancurkan
dibumi hanguskan. Namun yang terjadi trhadap karyawan Kereta api adalah tetap
mempertahankan roda angkutan hal ini berkaitan dengan kepentingan hidup bangsa,
dimana kereta api merupakan alat yang berkaitan dengan perderan kegiatan
ekonomi.
Karyawan
kereta api dan rakyat memperbaiki kerusakan dan kehancuran yang ditimbulkan
oleh “vernielings corps”. Walaupun secara darurat, angkutan bisa berjalan lagi
seperti biasanya. Pengakuan Jepang atas kemampuan putera Indonesia dibuktikan dengan mempercayakan
kedudukan bertanggung jawab dibidang keretaapian (Departemen Penerangan,1978:48).
1)
Darurat perang
Di
zaman pendudukan Jepang sifat liberal di dunia perkeretaapian dikikis
habis-habis. Semua alat angkutan digabung menjadi satu. Kereta api, bis, truk
maupun kendaraan umum lainnya. Tidak ada lagi istilah kereta api SS, NISM, SCS,
SMS, DSM. Jepang menyadari bahwa angkutan merupakan alat yang sangat penting.
Semua organisasi berada pada pengawasan ketat dan pihak swasta tidak diizinkan
sama sekali. Seperti surat kabar, angkutan dapat digunakan untuk dua tujuan
yang berlawanan kebaikan atau keburukan. Pada masa pendudukan juga dilakukan
pembangunan jalur kereta api sepanjang 83 km yaitu dari Buyuh-Cikara, bahkan
Muara pekanbaru sepanjang 22 km. pembangunan ini selesai dalam tempo 15 bulan.
Dengan memperkerjakan 27 ribu orang. Sebanyak 26 ribu adalah pekerja paksa atau
Romusha (Hidayat,2007:49).
Pihak
musuh mudah menggunakan angkutan sebagai sarana tindakan subversive. Dalam
instruksi gelap pihak musuh menyatakan kepada barisan kelima tahap-tahap
beraksi, yaitu: sebelum Jepang mendarat melakukan bumi hangus, dimasa
pendudukan Jepang membungkuk mengambil hati sambil mengadakan sabotase dan
waktu akan menghancurkan seemua perintang. Perlawanan yang secara fisik telah
dipatahkan, melalui aksi-aksi bawah tanah diteruskan, dimana alat angkutan
menjadi sasaran langsung atau tidak langsung, dimana alat angkutan menjadi
sasaran langsung atau tidak langsung. Dalam rangka ini dimasa pendudukan banyak
terjadi kecelakaan, kereta barang digulingkan, rel putus, jembatan ambruk dan
lain-lain Dalam posisi terjepit, karyawan kereta api tetap bekerja dengan
mempertaruhkan jiwa raga.
2)
Rikuyu sokyoku
Sesuai
dengan strategi perang, wilayah kekuasaan pendudukan Jepang di Indonesia dibagi
dua: Rikugun (angkatan darat) dan Kaigun (angkatan laut). Dengan kebijaksanaan
tersebut tiap wilayah berdiri secara otonom. Setiap wilayah memiliki organisasi
dan adminitrasi sendiri. Kereta api di
Jawa berada dalam kekuasaan Rikugun. SS bersama 11 perusahaan swasta, yang
beroperasi di Jawa digabung menjadi satu Rikuyu Sokyoku. Daerah operasinya
yaitu barat-sebu kyoku, tengah-chubu kyoku, timur-tobu kyoku. Setiap daerah
dibagi dalam inspeksi-Zimusho, yang dikepalai oleh Zimusho-cho.
SSS
bersama DSM di Sumatera berada dibawah naungan Kaigun. Daerah operasi yang luas
dibagi menjadi tiga lingkungan eksploitasi, yaitu Aceg- kita Sumatora Tetsudo,
Sumatera Barat- Seibu Sumatora Tetsudo, Sumatera Selatan- Nanbu Sumatora
Tetsudo. Jepang menyebarkan pasukan beserta kaader sipil ke seluruh medan
perang timur raya. Mereka dilatih dan digembleng khusus perang. Dengan Rikuyu
sokyoku karyawan Indonesia bekerja dan belajar pada kereta api perang.
3)
Dai tooa seisin
Salah
satu yang giat dilakukan segera setelah Jepang mendarat ialah kursus atau
latihan yoseisho. Di lingkungan kereta api dikenal berbagai jenis kunrensho,
chuo kyushussho buat tingkat menengah sn kyushusho bago rendahan. Selain itu di
selenggarakan khusus mengenai keprajuritn seperti seinendan, keibondan dan
hatohan. Kursus atau latihan serentak di kalangan pegawai pemerintahan dan
perusahaan vital seperti kereta api. Mata pelajaran bukan hanya pengetahuan
mengenai seluk beluk pekerjaan, tetapi juga keprajuritan dan tujuan perang.
Dengan itu diharapkan penyesuaian karyawan pada karya dengan memiliki Heitai
dan Dai Tooa Seisin. Jiwa prajurit dan arti perang Asia Timur raya dianggap
perlu diketahui oleh tiap pegawai Departemen Penerangan,1978:49).
c) Kemerdekaan
Proklamasi
17 Agustus 1945, detik bersejarah telah tiba pada waktu perang pasifik
mendekati akhir. Pada hari itu
dinyatakan bahwa hal-hal yang mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain
diselenggarakan dengan seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Dalam
memberi isi kepada kemerdekaan kereta api sebagai pelopor bertindak heroic
dengan mengambil alih kekuasaan dari Jepang di Bandung pada tanggal 28 Agustus
1945. Setelah diambil alih oleh dari penguasa Jepang, pada kereta api, kantorm
stasiunm bangunan, bengkel, sudah diberi tulisan hitam tebal bertuliskan: Milik
RI. Pengambil alihan berlangsung cepat dan lancer, karena sejak semula kereta
api operasionil telah dikuasai oleh karyawan Indonesia.
Ketika
Belanda melancarkan agresinya, dengan teror itu Belanda menghindarkan RI
menjalankan pemerintahan sebagaimana mestinya. Akhir bulan Desember 1945
diputuskan pemerintah pusat berpindah ke Yogyakarta. Pada waktu itu kereta api
menunjukkan kebaktiannya dengan menyelamatkan pimpinan Negara dan rombongan.
Dari Yogyakarta kereta api memainkan peranan yang besar sekali. Kereta api
sebagai alat koordinasi pemerintahan serta mengangkut tentara dengan perlengkaapannya kedaerah pertempuran.
Dibidang kemanusiaan kereta api banyak membantu palang merah Indonesia dalam
mengangkut para bekas tawanan APWI dan
Jepang. Siang malam kereta api melakukan pengangkutan jutaan ton ke
seluruh wilayah RI, hingga traksi dan bahan pelanting tidak kenal istirahat.
Karena
batu bara terpaksa diganti dengan kayu sebagai bahan bakar, setahun diperlukan
900.000 ton atau 2.500/hari. Seharinya diperlukan 300 gerbong untuk mengangkut
kayu dari timbangan kehutanan ke depot lokomotif dirobah konstruksinya, dengan
percobaan itu residu dipakai ssebagai bahan bakar. Setelah beberapa kali berdiplomasi dengan
pemerintahan Belanda, opini dunia membenarkan Republik Indonesia sebagaimana
yang diperintahkan oleh dewan PBB bulan Januari 1949. Setelah penyerahan kedaulatan, masalah perkeretaapian menjadi
tanggung jawab bersama, pengetahuan dam keterampilan karyawan ditingkatkan. Selanjutnya
menteri pembangunan tenaga dan pekerjaan umum memutuskan mulai 1 Januari 1950
DKARI (Djawatan Kereta Api Republik Indonesia) dan SS/VS digabung menjadi
Djawatan Kereta APi atau DKA dan pada
tanggal 22 Mei 1963 dirobah lagi menjadi Perusahaan Negara Kereta Apia tau PNKA
(Departemen Penerangan,1978:54-64).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar